bagaimana kearifan lokal dapat mengatasi masalah sosial dalam masyarakat
Merekadapat melanjutkan hidup mereka dan berkembang secara berkelanjutan berkat kearifan lokal. Berikut adalah fungsi dari kearifan lokal: Mengintegrasikan elemen budaya eksternal yang memasuki budaya asli. Memberikan arahan untuk pengembangan budaya. Sebagai filter dan pengontrol kultur eksternal. Sebagai akomodasi elemen budaya eksternal.
Kearifanlokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang diungkapkan oleh Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004) sebagaimana dikutip oleh Aulia (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini
masyarakatpetani tradisional telah berhasil menyediakan makanan bagi satu generasi petani ke generasi berikutnya. Kearifan lokal adalah aspek paling penting dalam sistem pertanian tradisional. Kearifan lokal sering diartikan sebagai pengetahuan setempat (local knowledge) yang di dalamnya terkandung pengetahuan serta berbagai strategi dalam
Indonesiamemiliki keragaman budaya dan tradisi daerah yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Keanekaan budaya dan tradisi itu perlu dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pemahaman budaya dan tradisi serta kearifan lokal setempat berbagai kendala dan masalah separatisme atau terorisme dan isu-isu lainnya yang mengancam
Penggunaannilai kearifan lokal dapat melatih masyarakat untuk (1) masyarakat dapat mengenal lingkungannya, mengenal keanekaragaman budaya lokal, sehingga masyarakat dapat saling menghargai, menerima keragaman dan menumbuhkan sikap toleransi, jujur, teposeliro dan peduli dalam menghadapi persoalan seperti kondisi wabah saat ini; (2) masyarakat
누누티비 우회. – Ruang lingkup kebudayaan memang begitu luas. Namun, salah satu aspek yang berkaitan erat dengan kebudayaan adalah kearifan lokal. Kearifan lokal berhubungan secara spesifik dengan budaya tertentu dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat dari buku Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat 2015 karya Eko A. Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secara turun-menurun. Kearifan lokal muncul dari dalam masyarakat sendiri, disebarluaskan secara non-formal, dan dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, kearifan lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang bersangkutan sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Baca juga Kekerasan Definisi dan Jenis-JenisnyaBentuk kearifan lokal dalam masyarakat bisa berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Selain bentuk, kearifan lokal juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-ciri kearifan lokal sebagai berikut Sanggup bertahan terhadap budaya luar. Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. Memiliki kemapuan mengendalikan. Sanggup memberi petunjuk pada perkembangan budaya. Contoh kearifan lokal di Indonesia Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan budaya sehingga Indonesia memiliki jumlah kearifan lokal yang cukup banyak. Hal tersebut bisa menjadi kekuatan sekaligus tantangan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Kearifan lokal bisa menjadi kekuatan apabila pengetahuan dan praktiknya dilaksanakan secara selaras dengan usaha pembangunan masyarakat. Salah satu contoh kearifan lokal yang bisa digunakan untuk pembangunan masyarakat adalah hukum sasi yang ada di Maluku. Baca juga Masalah Sosial Definisi dan Faktor Penyebabnya Dalam jurnal Makna Komunikasi Simbolik Hukum Adat Sasi 2017 karya Casparina Yulita, Hafied Cangara, dan Muhadar, dijelaskan bahwa hukum sasi adalah ketentuan hukum tentang larangan memasuki, mengambil atau melakukan sesuatu dalam kawasan teretentu dan dalam jangka waktu tertentu pula.
Apakah kamu tahu kearifan lokal di daerah tempat tinggalmu? Hmmm….di era globalisasi ini seringkali kita merasa bingung dalam memahami budaya budaya lokal di lingkungan sekitar kita. Kearifan lokal yang seharusnya menjadi ciri khas dan perekat antar individu dan kelompok di masyarakat. Pada kenyataannya, perlahan-lahan tersisihkan dengan kehadiran tren-tren baru dari budaya luar negeri. Maka dari itu, di abad 21 yang serba digital ini, bisakah komunitas dalam masyarakat diberdayakan dengan pemanfaatan kearifan lokal? — Pada dasarnya, kearifan lokal tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya. Artinya kearifan tersebut dapat membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Hampir di setiap budaya lokal di Indonesia dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong dan toleransi terhadap sesama. Kalian pasti tahu dong contoh nyata dari kearifan lokal tersebut? Yap, salah satunya bisa dengan kerja bakti lingkungan yang tentunya mengajarkan kita kerja sama dan tenggang rasa. Dalam kearifan lokal pasti terdapat etika dan nilai moral yang terkandung. Umumnya, etika dan moral ini diajarkan turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan. Sastra lisan di sini salah satunya adalah peribahasa, pepatah, folklore, semboyan, dan manuskrip. Maka dari itu, kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, apalagi di Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal berubah dan bergerak secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan budaya nasional. Umat Islam melaksanakan sholat Idul Fitri di halaman Gereja Kayutangan, Malang sebagai bentuk toleransi beragama dalam kearifan lokal. sumber Meskipun selalu ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada yang bisa menjamin bahwa kearifan lokal tidak akan kalah dengan globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Selain itu, kearifan lokal dari masing-masing daerah pun memiliki kedinamisan yang berbeda dalam menghadapi pengaruh dari luar. Ada beberapa kearifan lokal yang memang lebih rentan terkikis oleh budaya luar dan dampaknya bisa menimbulkan berbagai masalah sosial di masyarakat. Baca Juga Perubahan Sosial Pengertian, Teori & Karakteristiknya Masalah sosial ini kemudian dapat menimbulkan ketimpangan sosial, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan kembali melakukan pemberdayaan komunitas berdasarkan kearifan lokal. Nah, kita memang tidak bisa menghadang laju perkembangan globalisasi. Namun, sebagai masyarakat Indonesia kita juga harus berusaha melakukan pemberdayaan terhadap komunitas dengan memanfaatkan kearifan lokal yang ada. Yuk, kita sama-sama jaga dan ajarkan kearifan lokal yang ada di Indonesia kepada orang yang kita sayangi. Ingin diskusi lebih mendalam tentang Sosiologi? Yuk langganan ruangbelajar sekarang juga! Di sana, kalian bisa belajar ilmu sosiologi lebih dalam lagi. Eitss, tapi nggak cuma ada sosiologi, lho. Kalian juga bisa belajar materi-materi lain yang nggak kalah seru pastinya! Referensi Kymlicka, Will. 2002. Kewargaan Multikultural. Jakarta LP3ES. Sumber Gambar Ingatan Masa Kecil dalam Seonggok Daging Iduladha
Mahasiswa/Alumni Universitas Brawijaya28 Januari 2022 0316Halo GITA, kakak bantu jawab ya! Jawabannya adalah adanya perlindungan hutan adat dapat mencegah terjadinya banjir di dalam masyarakat. Berikut penjelasannya ya! Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal dapat mengatasi masalah sosial dalam kehidupan. Misalnya, masalah lingkungan juga termasuk ke dalam masalah sosial karena kerusakan lingkungan dapat berdampak yang cukup serius terhadap kehidupan masyarakat. Banjir merupakan salah satu permasalahan sosial yang hingga saat ini masih sering terjadi ditengah-tengah masyarakat. Maka, salah satu kearifan lokal, yaitu perlindungan hutan adat merupakan salah satu mekanisme atau cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tanah resapan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Terima kasih sudah bertanya dan menggunakan Roboguru. Semoga membantu ya!
Seperti kata pepatah lama dari Afrika, “Diperlukan satu desa untuk membesarkan satu anak.” Di Rainforest Alliance, kami percaya bahwa pepatah ini berlaku untuk masalah pelik pekerja anak di perkebunan. Bayangkan saja kami sebagai satu desa “global” besar yang menyatukan orang tua, guru, dan petani, tetapi juga pemerintah, LSM, bisnis, dan jutaan individu yang membuat pilihan yang lebih baik tentang makanan dan bagaimana makanan itu diproduksi. Kita semua dapat memainkan peran penting untuk memastikan bahwa semua anak tumbuh dengan bermartabat. Jadi, maukah Anda bergabung bersama kami? Untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, jumlah anak yang terlibat dalam praktik pekerja anak meningkat. Sebuah laporan yang mengkhawatirkan, yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh Organisasi Buruh Internasional ILO dan UNICEF, memperkirakan bahwa angka tersebut telah meningkat menjadi 160 juta di seluruh dunia – meningkat 8,4 juta anak hanya dalam waktu empat tahun. Sembilan juta anak lainnya juga diperkirakan berisiko karena dampak COVID-19, yang menyebabkan sekolah-sekolah ditutup di seluruh dunia. Yang tidak berubah adalah sebagian besar anak-anak ini bekerja di bidang pertanian. Tidak semua pekerjaan anak di perkebunan berbahaya. Bahkan, tugas-tugas yang aman dan sesuai dengan usia—di luar jam sekolah—di lahan kebun orang tua dapat menjadi cara yang bagus bagi anak-anak untuk mendapatkan uang saku dan mendapatkan keterampilan penting. Namun, berbeda halnya ketika anak-anak melakukan pekerjaan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan mereka atau membatasi pendidikan mereka. Sebagai contoh, di sektor kakao, anak-anak sering kali diberikan pekerjaan berat, seperti mengumpulkan dan memecah buah kakao, mengangkut air, dan mengangkut beban berat. 6 Jalan Menuju Perkebunan Bebas dari Pekerja Anak Jadi, apa yang bisa kita lakukan? “Melarang pekerja anak sering dianggap sebagai jawaban pemungkas, padahal itu saja tidak cukup,” kata Kunera Moore, Manajer Senior Human Rights and Livelihoods Rainforest Alliance. Faktanya, pengalaman kami selama bertahun-tahun di bidang sertifikasi menunjukkan bahwa pendekatan yang bersifat menghukum sering kali malah mendorong terjadinya pelanggaran yang tidak terlihat. Hal ini membuat masalah menjadi lebih sulit untuk dideteksi, apalagi diatasi. Cara terbaik untuk menghapuskan pekerja anak adalah dengan mengatasi akar penyebabnya, yang berkisar dari kemiskinan di pedesaan dan lemahnya penegakan hukum hingga norma-norma gender tradisional dan kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, berikut tindakan yang Rainforest Alliance lakukan 1. Mendukung petani skala kecil melalui sertifikasi Photo credit Kyagalanyi Coffee Limited Di seluruh Afrika Barat, sekitar dua juta petani skala kecil memproduksi hampir 70 persen kakao dunia. Dari jumlah tersebut, hingga satu juta orang bekerja keras untuk menerapkan persyaratan sertifikasi kami yang baru-baru ini diperkuat. Pendekatan baru kami “pengkajian-dan-penanganan” berbasis risiko berfokus pada pencegahan, pelibatan, dan peningkatan—tujuannya adalah untuk mendukung dan mendorong petani menghadapi masalah secara langsung. Itulah sebabnya Program Sertifikasi 2020 kami memperkenalkan persyaratan baru bagi perusahaan untuk berinvestasi pada petani yang menjadi mitra kami. Tahun lalu, kami juga meluncurkan Dana Kakao Afrika senilai US$5 juta untuk mendukung masyarakat petani yang menerapkan standar kami di Afrika Barat dan Tengah. Setelah panggilan terbuka untuk pendaftaran, koperasi Kuapa Kokoo di Ghana selatan menjadi salah satu mitra pertama yang terpilih. Proyek yang mereka menangkan akan membentuk sistem perlindungan anak berbasis komunitas di seluruh wilayah Ashanti dan akan berfokus pada perlindungan anak-anak setempat dari pekerjaan pertanian yang berbahaya serta mendukung mereka untuk tetap bersekolah dan berhasil. 2. Meningkatkan Pemahaman Kesadaran Masyarakat akan Dampak Pekerja Anak Mengubah sikap masyarakat terhadap pekerja anak—terutama melalui peningkatan pemahaman akan dampak buruknya terhadap perkembangan anak—memiliki dampak yang jauh lebih besar dan lebih tahan lama dibandingkan dengan pendekatan yang berakar pada hukuman atau denda. Dan berdasarkan pengalaman kami, Komite Perlindungan Anak yang dipimpin oleh masyarakat adalah salah satu alat bantu yang paling efektif untuk mengubah norma-norma budaya-terutama ketika tokoh-tokoh otoritas lokal yang dihormati ikut terlibat. Di Afrika Barat, bersama dengan Child Rights International, kami bermitra dengan koperasi kakao Kokoo Pa untuk membentuk komite di 218 komunitas petani di Ashanti, Brong-Ahafo, dan wilayah barat Ghana. Anggota komite telah dilatih untuk mengidentifikasi dan melaporkan kasus-kasus pekerja anak kepada Departemen Kesejahteraan Sosial, dan juga untuk menangani masalah-masalah hak anak lainnya—terutama yang dihadapi oleh anak perempuan, seperti kehamilan remaja, putus sekolah, dan kekerasan berbasis gender. Dalam dua tahun pertama inisiatif ini, 146 kasus pekerja anak berhasil diselesaikan, dan keluarga-keluarga tersebut menerima dukungan lanjutan untuk mendaftarkan kembali anak-anak mereka ke sekolah. Sebanyak 400 kasus perlindungan anak juga diselesaikan melalui pendidikan dan konseling bagi anak-anak dan orang tua. 3. Bekerja sama dengan guru-guru di Uganda agar anak-anak tetap bersekolah Kita semua tahu betapa pentingnya peran guru dalam mendidik anak-anak muda yang cerdas. Dan di masyarakat pertanian terpencil dan miskin yang memiliki dengan risiko tinggi adanya pekerja anak, mereka memiliki posisi yang unik untuk membantu. Di Uganda, kami bekerja sama dengan Serikat Guru Nasional untuk melatih para guru agar dapat memantau tanda-tanda peringatan seperti ketidakhadiran siswa dan mengambil tindakan cepat untuk menindaklanjutinya. Studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat menurunkan jumlah pekerja anak di kebun, tetapi di Uganda, hingga 50 persen anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar mereka. Untuk mendorong para siswa—dan mengeluarkan bakat dalam diri mereka—kami menyiapkan dukungan remedial dan kelas mengejar ketertinggalan, serta klub ekstrakurikuler untuk olahraga, debat, dan drama. Seperti yang dikatakan oleh pemimpin tim kami di Uganda, Rashida Nakabuga, “Anak-anak datang untuk bermain, tetapi tetap tinggal untuk belajar.” Faktanya, hanya dalam waktu tiga tahun, program yang beroperasi di 27 sekolah dasar di seluruh wilayah penghasil kopi di West Nile ini telah berhasil meningkatkan jumlah siswa terdaftar, menurunkan angka putus sekolah, dan yang terpenting, meningkatkan dukungan orang tua terhadap pendidikan. “Anak-anak datang untuk bermain, tetapi tetap tinggal untuk belajar.”Rashida Nakabuga, Direktur Uganda, rainforest alliance 4. Berinvestasi pada perempuan di seluruh Pantai Gading Tanyakan kepada pakar keberlanjutan mana pun dan mereka akan memberi tahu Anda bahwa pemberdayaan perempuan adalah pembawa angin segar bagi setiap orang. Sebagai contoh, perempuan biasanya memberikan proporsi yang lebih tinggi dari penghasilan mereka untuk keluarga mereka daripada pria. Hal ini membawa dampak positif bagi perlindungan anak, mulai dari perawatan kesehatan yang lebih baik hingga tingkat kehadiran di sekolah yang lebih tinggi. Namun, agar hal ini dapat terwujud, perempuan pedesaan harus terlebih dahulu memiliki akses terhadap sumber daya, pelatihan, dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Di Pantai Gading, bersama dengan LSM lokal, Orassur, kami telah membentuk Asosiasi Simpan Pinjam Desa Village Savings and Loan Associations, VSLAs di 22 kelompok masyarakat petani kakao di bagian timur dan barat daya. Dikembangkan bersama dengan Komite Pekerja Anak berbasis masyarakat, asosiasi ini mempromosikan kegiatan yang menghasilkan pendapatan di antara para anggotanya, dengan fokus yang kuat pada perempuan, yang sering terputus dari akses keuangan mandiri. VSLAs juga membantu anggota mengelola dana pendidikan untuk menutupi biaya sekolah anak-anak mereka. 5. Memengaruhi aksi pemerintah terhadap pekerja anak Tindakan pemerintah dapat sangat membantu untuk memastikan bahwa anak-anak di daerah pedesaan terlindungi dari bahaya. Tim advokasi lokal dan global kami mengajukan petisi kepada pemerintah nasional untuk memperkuat dukungan bagi masyarakat pedesaan dan menegakkan hukum ketenagakerjaan. Mereka juga menyerukan kepada badan-badan internasional, seperti Uni Eropa, untuk memberlakukan undang-undang akuntabilitas perusahaan yang mewajibkan perusahaan untuk mencegah dan menanggapi pelanggaran HAM dalam rantai pasok mereka. Rainforest Alliance juga mendukung kebijakan pemerintah untuk memastikan akses terhadap pendidikan gratis dan berkualitas. Hal ini memberikan masyarakat pedesaan-yang sering kali tidak mampu membayar biaya sekolah-sebuah alternatif yang layak dari mendorong anak-anak untuk bekerja. Sebagai contoh, di Pantai Gading, pejabat pemerintah telah mengambil peran kepemimpinan dalam Komite Perlindungan Anak di tingkat distrik yang kami bentuk dalam kemitraan dengan LSM Afrique Secours et Assistance. Dengan bekerja sama, kami mendorong kampanye yang sukses untuk menyadarkan petani kakao tentang bentuk-bentuk pekerjaan yang berbahaya dan memungkinkan para orang tua untuk mendapatkan akta kelahiran bagi anak-anak mereka yang diperlukan untuk pendaftaran sekolah. Ini adalah awal yang menjanjikan, terutama karena inisiatif serupa di Uganda telah menunjukkan bahwa dukungan awal dari pemerintah daerah dapat menghasilkan lebih banyak investasi di bidang pendidikan dan perlindungan anak di masa mendatang. 6. Bermitra dengan perusahaan untuk mengakhiri pekerja anak di Kebun Anak-anak mengikuti program sekolah musim panas Durak Hazelnut Rainforest Alliance mendukung banyak perusahaan terbesar di dunia dalam komitmen keberlanjutan mereka untuk mengakhiri pekerja anak di perkebunan—mulai dari manajemen risiko yang ketat, sistem pemantauan dan remediasi melalui sertifikasi hingga proyek-proyek inovasi sektor yang menyasar isu-isu yang berkaitan erat, seperti kemiskinan di pedesaan. Sebagai contoh, perusahaan dapat membantu petani mencapai pendapatan yang layak dengan mendukung mereka untuk mengadopsi teknik-teknik budidaya ramah lingkungan yang terbukti dapat meningkatkan hasil panen dan membangun mata pencaharian yang lebih baik. Menanam pohon penaung, misalnya, membantu petani kakao dan kopi membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim seperti kekeringan, yang dapat menyebabkan gagal panen. Dan jika pohon yang menghasilkan buah seperti alpukat ditanam, petani juga dapat menjual buahnya dan mendapatkan penghasilan tambahan. Kami juga bermitra dengan beberapa perusahaan dalam inisiatif paralel untuk mengajak anak-anak keluar dari perkebunan dan masuk ke ruang kelas. Sebagai contoh, di Turki, mitra jangka panjang kami, Durak Hazelnuts, menjalankan program sekolah musim panas yang fantastis untuk anak-anak pekerja migran musiman yang melakukan perjalanan ke pantai Laut Hitam setiap bulan Agustus untuk memanen kacang hazel. Mereka diajarkan matematika, sains, dan membaca, tetapi kesenangan adalah yang utama dalam kurikulum dengan banyak waktu yang disisihkan untuk olahraga dan kerajinan tangan. Sebuah “Tamparan” Lonjakan kasus pekerja anak di seluruh dunia pasca-COVID sangat menyedihkan. Terlebih lagi karena lonjakan ini membalikkan tren penurunan sebelumnya yang membuat jumlah pekerja anak berkurang sebanayak 92 juta antara tahun 2000 dan 2016. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman “desa global” kita, langkah besar dapat dilakukan. “Organisasi Buruh Internasional dengan tepat menyebut angka-angka ini sebagai tamparan,” kata Kunera Moore. “Jadi, biarlah ini juga menjadi titik balik saat kita mengakui betapa pentingnya bagi bisnis untuk mengambil tindakan, dan saat kita semua bergerak untuk melakukan bagian kita.”
Di artikel sosiologi kali ini, kita akan belajar mengenai kearifan lokal, dan perannya dalam pemberdayaan komunitas. Simak artikel ini hingga selesai ya! — Hai hai, kamu pernah nggak mendengar sebuah istilah bernama kearifan lokal? Secara umum, kearifan lokal atau local wisdom, dipandang sebagai salah satu topik dalam ilmu masyarakat atau sosiologi nih! Kearifan lokal juga merupakan subjek penting yang bisa dimanfaatkan dalam membangun masyarakat, salah satunya dengan cara memberdayakan komunitas. Eh tapi, bingung ga dengan istilah-istilah tersebut? Kita bahas satu persatu dulu aja ya! Baca juga Teori Ketimpangan Sosial Klasik & Modern Kearifan Lokal Apa yang dimaksud kearifan lokal? Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami dari istilahnya, local wisdom local berarti setempat, dan wisdom artinya kebijaksanaan atau arif. Jadi, kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat lokal yang bersifat bijaksana, bernilai, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya secara turun-temurun. Kearifan lokal ini juga memiliki fungsi adaptasi, pengembangan, dan pertahanan nilai-nilai tertentu di masyarakat. Jadi bukan cuma sekedar gagasan maupun nilai-nilai setempat yang bijaksana aja ya! Contohnya kayak tradisi rewang alias gotong royong jika ada salah satu warga yang melaksanakan pernikahan di Jawa Tengah. Nah, tradisi rewang ini dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela ya. Tujuannya agar saling memudahkan dan peduli terhadap satu sama lain nih. Makanya nih, tradisi rewang ini di beberapa tempat masih dilakukan sampai sekarang! Apakah di wilayah rumahmu masih ada tradisi tersebut masih dilakukan di sekitar rumahmu? Keren banget ya solidaritas antar warganya! Kalau kamu ingin tau salah satu contoh kearifan lokal, coba simak infografis dibawah ini! Baca juga Pengertian Globalisasi, Karakteristik, dan Prosesnya Dimensi Kearifan Lokal Oke, sekarang kita sudah tahu tentang apa itu kearifan lokal. Nah, pembahasan kearifan lokal ini ternyata juga sangat luas, karena kearifan lokal sendiri terdiri dari beberapa dimensi guys! Dalam kearifan lokal juga ada beberapa dimensi yang perlu kamu tau. Tapi sebelumnya, kamu harus pahami dulu nih, kalau dimensi-dimensi kearifan lokal ini nggak bersifat tunggal ya! Jadi dalam satu wujud kearifan lokal, bisa aja tuh ada lebih dari satu atau dua dimensi ya! Dimensi tersebut diantaranya Dimensi Pengetahuan Lokal Kearifan lokal dilihat sebagai kemampuan masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan lokal warga ini menjadi manfaat bagi kehidupan mereka. Misalnya deh, dalam mengelola hasil pertanian dan menghadapi musim pancaroba, ada kearifan lokal dari masyarakat kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat. Mereka terkenal memiliki kearifan lokal yaitu leuit. Apa itu leuit? Leuit adalah lumbung padi yang digunakan untuk menyimpan hasil panen mereka. Dimensi Nilai Lokal Pada dimensi pengetahuan lokal, kearifan lokal dipandang sebagai kemampuan masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada dimensi nilai lokal, kearifan lokal dipandang tingkah laku yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh masyarakat setempat. Pahami lagi ya, pengetahuan lokal mengacu pada cara adaptasi, sedangkan nilai lokal berkaitan dengan tingkah laku bersama. Dimensi Keterampilan Lokal Kita lanjut dimensi ketiga nih, yaitu dimensi keterampilan lokal. Yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat setempat untuk bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contohnya masih pada masyarakat Kasepuhan Ciptagelar dengan sistem lumbung padinya atau leuit nih. Kemampuan masyarakat dalam menciptakan, mengelola, dan menjalankan leuit hingga sekarang, membuat mereka tetap bisa bertahan hidup dan memiliki cadangan pangan apabila musim tidak menentu maupun jika ada krisis pangan nih, misalnya kayak pandemi sekarang deh. Dimensi Sumber Daya Lokal Selanjutnya, dimensi sumber daya lokal. Hal ini berhubungan sama kemampuan masyarakat setempat untuk memanfaatkan sumber daya alam dan manusia sesuai kebutuhannya demi tercipta keseimbangan. Jadi, dimensi ini fokus pada peran manusianya dalam mengelola alam maupun hubungan antarwarga ya! Contohnya misal dari beberapa daerah yang punya sumber daya unik yang hanya dimiliki di daerahnya, misal provinsi Riau yang kaya akan minyak kelapa sawit, yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber penghasilan dan menggerakkan ekonomi mereka. Dimensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal Kita lanjut lagi, dimensi mekanisme pengambilan keputusan lokal. Yakni berkaitan dengan kemampuan dalam menentukan keputusan suatu perkara atau memberikan kebijakan sosial lainnya. Konteks dari keputusan lokal ini, misalnya terjadi situasi dimana dibutuhkan keputusan maupun menentukan hukum adat. Keputusannya ditetapkan oleh lingkungan sosial atau masyarakatnya itu sendiri. Dimensi Solidaritas Kelompok Lokal Nah yang terakhir, yaitu dimensi solidaritas kelompok lokal yang bisa menyatukan masyarakat setempat dalam menjaga kekompakan, kebersamaan, serta rasa senasib sepenanggungan sebagai makhluk sosial. Oke, sekarang udah mulai paham, kan? Tentang apa itu kearifan lokal. Setelah belajar tentang kearifan lokal. Lanjut nih, kita akan bahas tentang pemberdayaan komunitas! Soalnya dua materi ini tuh ada hubungannya lho, nanti kita juga akan bahas pemberdayaan komunitas berdasarkan kearifan lokal nih. Baca juga Mengenal Teori Evolusi dalam Perubahan Sosial Pengertian Pemberdayaan Komunitas Berdasarkan definisinya, pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang artinya kekuatan atau kemampuan nih. Jadi pemberdayaan bisa kita pahami sebagai proses atau rangkaian tindakan untuk mengubah masyarakat yang tadinya kurang atau belum berdaya menjadi berdaya. Terus komunitas itu apa dong? Komunitas adalah kelompok yang berinteraksi atau menjalin hubungan sosial dan dibatasi oleh persamaan kehidupan seperti tempat, nilai sosial value, dan minat interest. Jadi pemberdayaan komunitas adalah proses atau rangkaian tindakan untuk mengubah suatu kelompok sosial menjadi berdaya. Nah, ini nih kata kuncinya, kelompok menjadi berdaya ya! Contohnya gini, ada satu masyarakat yang tadinya gak bisa nih mengolah potensi alamnya. Padahal kaya banget. Berarti, nggak berdaya tuh mereka sebelumnya. Nah lewat pemberdayaan, mereka jadi terlatih dan punya keterampilan untuk bisa mengolah potensi alamnya. Dari yang gak berdaya, jadi berdaya deh. Oke? Baca juga Modernisasi dan Segala Sesuatu Tentangnya Pendekatan Pemberdayaan Komunitas Apakah kamu pernah melihat pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah setempat? Kalau ada, tentu pendekatan yang dilakukan untuk memberdayakan masing-masing kelompok pasti berbeda dong. Setiap daerah pasti memiliki strategi dengan pendekatan kearifan lokal. Untuk lebih jelasnya, pahami materi di bawah ini ya! Menurut Eliot dalam Sumaryadi, 2005150, ada tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau masyarakat, antara lain adalah 1. Pendekatan kesejahteraan the welfare approach Yakni pendekatan dengan cara terjun langsung untuk memberi bantuan dengan sasaran kelompok-kelompok tertentu. Contohnya, jika ada bencana alam terjadi, maka akan ada penyaluran bantuan langsung ke daerah yang terkena bencana alam tersebut. 2. Pendekatan pembangunan the development approach Memusatkan perhatian pada pembangunan untuk meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keberdayaan masyarakat. 3. Pendekatan pemberdayaan the empowerment approach Yakni pendekatan dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaan khususnya di bidang ekonomi akibat dari kemiskinan dari proses politik. Baca juga Pengertian dan Bentuk-bentuk Ketimpangan Sosial Membantu korban bencana alam sebagai contoh pendekatan kesejahteraan. Sumber Wikimedia Commons Selain itu, sebagai anggota masyarakat yang mayoritas masih memegang teguh nilai dan norma leluhur, perlu dilakukan strategi pemberdayaan komunitas melalui nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan itu sendiri dipahami sebagai seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sementara itu, pengertian lokal merujuk pada ruang lingkup kejadian yang cakupannya tidak luas atau hanya berada di satu tempat saja. Secara terminologi, kearifan lokal local wisdom dapat dimaknai sebagai pandangan hidup dan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang disampaikan dari generasi ke generasi di komunitas tersebut. Baca juga Mengisi Liburan Sekolah dengan Ikut Memberdayakan Komunitas Lokal Fokus Pemberdayaan Komunitas Oh iya, kamu tau nggak apa alasan dari dilakukannya pemberdayaan? Dasar dari tujuan pemberdayaan komunitas adalah untuk menjadikan masyarakat semakin cinta dengan lingkungannya, taat hukum, mengerti akan hak dan kewajiban, dan juga mensejahterakan secara mandiri masyarakatnya. Nah, ada 5 hal yang bisa dijadikan fokus dalam pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan ala kearifan lokal, yakni 1. Menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia; 2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konvensi yang diselenggarakan oleh ILO; 3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan; 4. Meniadakan diskriminasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional; dan 5. Melakukan proses penghubungan kearifan masyarakat lokal dengan desain kebijakan serta kegiatan pemecahan masalah-masalah sosial. Nilai-nilai tersebut juga meliputi kegotongroyongan, kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi. Jika pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal yang dilakukan secara konsisten, di kemudian hari akan menciptakan masyarakat yang berdaya. Hal ini penting, karena untuk menghadapi tantangan di abad ke 21 perlu adanya pemberdayaan komunitas agar tercipta komunitas yang unggul. Gimana? Mudah kan! Terima kasih ya udah belajar hari ini. Kalau kamu ingin belajar lebih banyak materi lagi untuk persiapan UTBK, bisa banget tuh join program baru dari Ruangguru, yakni Pelatnas UTBK! Di sini, kamu bisa dapetin semua materi dan persiapan yang kamu butuhkan untuk belajar UTBK bahkan mulai dari nol, dan GRATIS! Untuk informasi lebih lengkap dan pendaftaran, langsung aja klik tombol dibawah ini ya! Sumber referensi Mulyadi, Yad dkk. 2014 Sosiologi SMA Kelas XII. Jakarta Yudhistira. Akbar, F. 2017 Pengertian dan Contoh Kearifan Lokal’, 1 Maret 2017 [Daring]. Tautan Diakses 27 November 2020 Sumber foto Humanitary Aid [Daring]. Tautan Diakses 3 Februari 2022 Artikel diperbarui pada 2 Desember 2022.
bagaimana kearifan lokal dapat mengatasi masalah sosial dalam masyarakat